0

Pandemi Covid-19, Masih Adakah Peluang Bisnis?


Pandemi Covid-19 memang telah melumpukan kegiatan ekonomi, terutama yang amat terlihat dampaknya adalah pembatasan social untuk mencegah penyebaran virus Corona jenis baru. Namun, tidak dipungkiri di tengah kondisi seperti ini pun masih terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan agar kegiatan usaha tetap berjalan, bahkan berkembang.
Saat ini salah satu peluang yang dapat dijajal saat adanya pandemic Covid-19 ini adalah penyediaan dan pengantaran perlengkapan rumah tangga seperti bahan makanan seperti buah dan sayur.
Tidak hanya bahan makanan, bahkan untuk restoran makanan cepat saji sudah banyak yang menerapkan hal seperti ini.
Salah satu yang juga memanfaatkan peluang dalam pandemi ini adalah Gojek dan Grab. Sejak munculnya pandemic Covid-19 ini membuat pesanan dan order online mereka turun. Apalagi sejak banyak perusahaan banyak yang menerapkan karyawan mereka untuk bekerja di rumah dan juga banyak sekolah dan universitas yang sudah menghentikan proses belajar mengajar yang diganti menjadi online. Layanan untuk transportasi menurun namun untuk layanan nainnya seperti pengantaran makanan dan minuman, pengiriman barang serta streaming film menjadi meningkat.
Bukan hanya itu, halodoc yang merupakan platform kesehatan online juga memiliki peningkatan trafik yang cukup tinggi karna banyak masyarakat yang mencari informasi tentang kesehatan.
Pada aplikasi grab juga tersedia layanan good doctor yang trafiknya juga meningkat tinggi. Saat ini, baik gojek maupun grab bermitra dengan Kementerian Kesehatan dalam menghadirkan layanan telemedicine lewat platform kesehatan digital, GoodDoctor dan Halodoc.
Selain bisa membeli obat secara online, masyarakat juga bisa melakukan konsultasi dengan dokter selama 24 jam.Keduanya akan membantu masyarakat yang ingin konsultasi mengenai COVID-19 sebelum datang ke rumah sakit.
Selain Grab dan Gojek, salah satu waralaba kuliner lokal seperti Tipisi juga memanfaatkan pandemi ini dengan mengembangkan bisnisnya. Tipisi merupakan usaha yang bergerak di bidang bisnis lokal yakni tahu, pisang dan singkong yang bisa menjadi media oenyembuhan corona. Karna dalam suatu penelitian menyatakan bahwa pisang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjadi sumber utama vitamin B6 yang mampu mencegah corona.
Tidak hanya itu. Banyak orang yang memanfaatkan pandemic Covid-19 ini seperti menjual perlengkapan seperti masker, handsanitizer maupun rempah – rempah. Dan nyatanya peluang usaha ini dimanfaatkan untuk menimbun pundi – pundi rupiah. Banyak orang yang membeli barang – marang tersebut dalam jumlah banyak dan menimbunnya untuk menciptakan monopoli pasar yang menguntungkan pihak tertentu. Untungnya, pihak pemerintah dan yang berwajib sudah melakukan penyisiran agar tidak ada lagi praktek monopoli seperti itu sehingga kebutuhan masyarakat tetap tercukupi selama mengarungi pandemic Covid-19
Selain itu, ternyata peluang yang bisa dilakukan di tengah pandemic Covid-19 ini adalah dengan melirik bisnis trading. Ini bisa menjadi solusi yang tepat untuk masyarakat yang menghabiskan waktu dirumah selama adanya wabah corona. Dengan adanya trading ini masyarakat dapat melakukan investasi baru dengan pengembalian yang cepat. Selain itu juga dalam melakukan bisnis trading ini bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun selama 24 jam.
Bagi seorang pengusaha, pandemic covid-19 ini bisa saja menjadi peluang bisnis baru bagi mereka. Awalnya, banyak rantai pasokan industry atau bisnis global bergantung pada Tiongkok. Dengan adanya isu penyebaran covid-19, rantai pasokan tersebut menjadi terganggu. Hal ini membuka peluang bisnis bagi negara – negara lainnya, untuk menawarkan solusi dari adanya gangguan pada rantai pasokan tersebut. Salah satunya Indonesia.

Sumber : 

https://mediaindonesia.com/read/detail/299991-pandemi-covid-19-buka-peluang-bisnis-trading-emas-dan-forex

0

Pandemi Corona dan Dampaknya terhadap Perekonomian (Khususnya S di Indonesia


Covid 19, atau yang kerap disebu Virus Corona. Sejak awal Maret 2020 wabah ini mulai masuk ke wilayah Indonesia. Dengan masuknya Virus Corona ini memberikan dampak secara tidak langsung di Indonesia dan yang paling terasa adalah pada bidang perekonomian.  Gangguan rantai suplai global, melemahnya permintaan dan layanan ekspor-impor, serta menurunnya aktivitas bisnis di berbagai negara, disebabkan oleh penyebaran virus Corona (Covid-19).


Dampak di perekonomian Indonesia sendiri, salah satu faktor dari virus corona yaitu melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dollar yaitu mencapai 16000/ $US.  Bahkan, laporan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan terjadi penurunan dalam beberapa minggu terakhir.  Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia.



Menurut Ketua Umum BPD HIPMI, Jaya Afifuddin Suhaeli Kalla mengatakan bahwa dari sisi perdagangan, pengusaha bisnis bisa mengalami kerugian hingga 20% untuk setiap sektor usaha. Sektor yang paling terkena dampak dari pandemic Covid-19 ini adalah pada perdagangan dan logistik pengiriman barang. Hal tersebut dikarenakan banyak pengusaha yang mengandalkan bahan baku yang diimpor dari Negara lain. Ditambah, pengurangan aktivitas di jalur perdagangan luar negeri membuat cost logistik membengkak.

China merupakan Negara eksportir terbesar di dunia. Indonesia sering mengimpor barang dari China dan China pun merupakan salah satu mitra dagang terbesar yang ada di Indonesia. Dengan adanya pandemic Corona menyebabkan perdagangan china memburuk sehingga mempengaruhi perdagangan di berbagai negara termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang juga akan menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang tambang.

Virus Corona juga berdampak pada sector pariwisata. Penyebaran virus corona menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia berkurang. Sektor – sector penunjang pariwisata seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun akan terpengaruh dengan adanya virus Corona. Penyebaran Virus Corona ini juga berdampak pada sector Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seperti toko oleh – oleh karena wisatawan yang dating ke suatu destinasi wisata biasanya akan membeli oleh – oleh.

Pada sektor konsumsi yang selama ini berkontribusi hingga lebih dari 50% PDB akan melemah. Daya beli masyarakat pun semakin merosot dengan adanya pandemic corona ini. Kondisi pertumbuhan ekonomi tersebut akan lebih rendah dari kondisi saat terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2009, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,14%.

Hadirnya wabah covid 19 ini memberikan dampak secara sistemik terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Terganggunya suplai bahan baku industri manufaktur serta menurunnya jumlah wisatawan di Indonesia akan berdampak krisis pada pemasukan Negara.

Piter Abdullah Redjalam, seorang ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) menghawatirkan jika pemerintah tidak bergerak cepat mengatasi penyebaran virus Corona ini  maka akan menyebabkan Indonesia mengalami krisis ekonomi berkepanjangan.


Kendati begitu, Piter mangatakan bahwa Indonesia berpotensi mengalami krisis ekonomi, apabila terjadi faktor-faktor berikut, yakni suatu perekonomian dikatakan krisis apabila mayoritas pelaku ekonomi dihampir semua sektor tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi secara baik, semua indikator ekonomi mengalami perkembangan negatif.

Beberapa langkah yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi dampak dari virus Corona ini adalah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4.75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4.00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50%. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya Covid-19.