0

All About Jambi

Jambi (Jawi : جامبي) adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera. Jambi adalah satu dari tiga provinsi di Indonesia yang ibukotanya bernama sama dengan nama provinsinya, selain Bengkulu dan Gorontalo. Dahulu Jambi merupakan bagian dari kerajaan melayu yang berpusat sepanjang sungai batang hari dengan pusat kerajaan di Dharmasraya Sumbar.
Jambi merupakan wilayah yang terkenal dalam literatur kuno. Nama negeri ini sering disebut dalam prasasti-prasasti dan juga berita-berita Tiongkok. Ini merupakan bukti bahwa, orang Cina telah lama memiliki hubungan dengan Jambi, yang mereka sebut dengan nama Chan-pei. Diperkirakan, telah berdiri tiga kerajaan Melayu Kuno di Jambi, yaitu Koying (abad ke-3 M), Tupo (abad ke-3 M) dan Kantoli (abad ke-5). Seiring perkembangan sejarah, kerajaan-kerajan ini lenyap tanpa banyak meninggalkan jejak sejarah. 
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0,45° Lintang Utara, 2,45° Lintang Selatan dan antara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara kota-kota lain di provinsi sekitarnya membuat peran provinsi ini cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Kebutuhan industri dan masyarakat di kota-kota sekelilingnya didukung suplai bahan baku dan bahan kebutuhan dari provinsi ini.
Masyarakat Jambi merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari masyarakat asli Jambi, yakni Suku Melayu dan keturunan atau rumpun minang yang menjadi mayoritas (kerinci, tanjung tebo, kuamang, sarolangun dan suku asli anak dalam dan perantau dari sumatera barat) di Provinsi Jambi. Selain itu juga ada Suku Kerinci di daerah Kerinci dan sekitarnya yang berbahasa dan berbudaya mirip Minangkabau. Secara sejarah dan budaya merupakan bagian dari varian Rumpun Minangkabau. Juga ada suku-suku asli pedalaman yang masih primitif yakni Suku Kubu dan Suku Anak Dalam. Adat dan budaya mereka dekat dengan budaya Minangkabau. Selain itu juga ada pendatang yang berasal dari Minangkabau, Batak, Jawa, Sunda, Cina, India dan lain-lain.
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yaitu sebesar 90%, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama Kristen, Buddha, Hindu dan Konghuchu.
Provinsi Jambi memiliki Penduduk asli yang terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerin¬ci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan pen¬duduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari.

Tradisi dan Kesenian


Seiring berjalannya waktu, banyak kesenian tradisional yang kini dilupakan orang. Nilai seni dan budaya Indonesia yang teramat beragam kini pelan-pelan mulai terkikis dengan gaya hidup dan sikap acuh terhadap seni dan kebudayaan. Minimnya pengetahuan akan kesenian tak dimungkiri menjadi sebab para generasi muda tak lagi mengenal seni dan budaya yang dimiliki. salah satu contoh kesenian di Jambi adalah Tari Sekapur Sirih. Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan membawakan cerano sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Jambi dan biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang berkunjung ke sana. 

Tari Sekapur Sirih

Selain seni tari, terdapat juga seni musik di Jambi. Pada mulanya seni musik daerah jambi  merupakan seni musik yang masih bersifat tradisional. Namun seiring perkembangan zaman, maka alat-alat musik sudah banyak banyak memakai alat-alat musik modern. Akan tetapi alat-alat musik tradisional masih dipergunakan. Bahkan berusaha untuk dipertahankan.Jenis-jenis alat musik tradisional Jambi yang masih dipertahankan sampai saat ini adalah seperti Genggong, Gendang, Tabuh, dan lainnya


Genggong 

Tabuh

selain kesenian, ada juga beberapa tradisi unik yang ada di Jambi, antara lain :

 1.Lubuk larangan.
   Sebenarnya tujuan dari lubuk larangan ini adalah melestarikan kekayaan sungai terutama di zona zona tertentu yang terkandung banyak ikannya.mereka melarang mengambil ikan ikan di tempat tempat itu sampai pada  saat yang di tentukan.Mereka membuat mitos mitos tertentu untuk menjaga kelestarian sungai,dan cara itu ternyata berhasil menjaga kelestarian sungai.Sungai menjadi bersih dan tentunya ikan ikan yang melimpah.

   2.Tarian Lukah Gilo.
   Sering juga di sebut tarian memanggil arwah.Tarian ini sering di tampilkan di ajang ajang pertunjukan seni.Awalnya tarian ini merupakan ritual turun temurun yang di lakukan oleh warga desa Semabu kec.Tebo tengah yang memadukan keindahan seni tari dan kekuatan magis.



   3.Melangun.
   Ini adalah tradisi suku Anak Dalam ketika salah satu anggota suku meninggal dunia.Mereka akan merasakan kesedihan yang amat dalam.Mereka akan menangis meraung raung hingga satu minggu,bahan ada yang menghempaskan badannya ke pohon/tanah.Suku Anak Dalam(SAD) atau di sebut juga orang Rimba adalah suku yang masih sangat tradional yang masih sangat menjaga tradisi / kebiasaan nenek moyangnya.SAD tinggal di hutan di Taman Nasional Bukit Duabelas di Kerinci Jambi.Mereka masih mempertahankan budaya hidup berpindah pindah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

   4.Mandi Batangas.
   Yaitu mandi uap rempah-rempah yang di lakukan seseorang yang hendak menikah,pada tengah malam menjelang dinihari 1 atau 2 hari sebelum menikah.Selain dapat menghilangkan bau kerngat ,juga dapat menyehatkan kulit dan badan.Bahan-bahannya adalah daun sariwangi,daun pandan,kembang tujuh warna,daun salam,jeruk purut dan daun sirih.Semua bahan di panaskan higga mendidih,lalu si laki-laki calon pengantin,akan dihadapkan ke uap rempah itu dengan hanya menggunakan tikar yang di gulung di badannya sampai uap rempah tersebut dingin.



Rumah Adat


Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung Kajang Leko. Rumah Panggung Kajang Leko memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 12 meter x 9 meter. Keunikannya terletak pada struktur konstruksi & seni ukiran yang menghiasi bangunan.
Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan "gajah mabuk" diambil dari cerita nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan "jerambah" atau "lipat kajang" dengan atap bagian atas dinamakan kasau, terbuat dari anyaman ijuk yang dilipat dua untuk mencegah air masuk ke dalam rumah.

Pada langit-langit rumah terdapat pemisah/pembatas yang dinamai "tebar layar" yang berfungsi untuk menahan rembesan tepias air hujan. Ruang diantara layar tebar dan atap biasanya difungsikan untuk menyimpan peralatan. sedangkan di bagian tepi, dinding rumah terbuat dari kayu yang dihiasi dengan ukiran. 
Pintu rumah kajang leko ada tiga macam yaitu: pintu tegak, pintu masidinding, dan pintu balik melintang.


Rumah Panggung Kajang Lako memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban.

Rumah Panggung Kajang Leko adalah salah satu bentuk pengejawantahan cita rasa seni, budaya, dan keyakinan masyarakat Jambi yang tersirat mulai dari bentuk bangunan, fungsi ruangan, seni ukiran, dan lainnya.


Makanan Khas

Berbicara mengenai masakan khas daerah tentunya Indonesia dilimpahi oleh kuliner tradisional yang tak ada habisnya,  masakan khas yang Salah satunya adalah masakan khas asal Jambi yaitu :

1. Tempoyak

                            

2.  Gulai Tepek Ikan


3.  Gandus



source :

0

Tradisi dan Kebudayaan Minangkabau, Sumatera Barat

Budaya Minangkabau adalah kebudayaan yang berkembang di ranah Minang, Sumatera Barat. Budaya ini merupakan budaya kedua terbesar dan menonjol di nusantara setelah budaya Jawa. Berbeda dengan budaya lainnya, budaya minangkabau ini menganut system matrilinear atau mengikuti alur keturunan ibu dalam hal pernikahan, warisan, persukuan dan lainnya.

Kepemimpinan

Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi bahwa "pemimpin itu hanyalah ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah." Artinya seorang pemimpin haruslah dekat dengan masyarakat yang ia pimpin, dan seorang pemimpin harus siap untuk dikritik jika ia berbuat salah.



Dalam konsep seperti ini, Minangkabau tidak mengenal jenis pemimpin yang bersifat diktator dan totaliter. Selain itu konsep budaya Minangkabau yang terdiri dari republik-republik mini, dimana nagari-nagari sebagai sebuah wilayah otonom, memiliki kepala-kepala kaum yang merdeka. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama, serta dipandang sejajar di tengah-tengah masyarakat.
Dengan filosofi tersebut, maka Minangkabau banyak melahirkan pemimpin-pemimpin yang amanah di berbagai bidang, baik itu politik, ekonomi, kebudayaan, dan keagamaan.

Pendidikan

Dalam hal pendidikan, budaya Minangkabau mendorong masyarakatnya untuk mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga sejak kecil, para pemuda Minangkabau telah dituntut untuk mencari ilmu. Filosofi Minangkabau yang mengatakan bahwa "alam terkembang menjadi guru", merupakan suatu adagium yang mengajak masyarakat Minangkabau untuk selalu menuntut ilmu.



Pada masa kedatangan Islam, pemuda-pemuda Minangkabau selain dituntut untuk mempelajari adat istiadat juga ditekankan untuk mempelajari ilmu agama. Hal ini mendorong setiap kaum keluarga, untuk mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan para pemuda kampung. Semangat pendidikan masyarakat Minangkabau tidak terbatas di kampung halaman saja. Untuk mengejar pendidikan tinggi, banyak di antara mereka yang pergi merantau. Selain ke negeri Belanda, Jawa juga merupakan tujuan mereka untuk bersekolah. Sekolah kedokteran STOVIA di Jakarta, merupakan salah satu tempat yang banyak melahirkan dokter-dokter Minang. Data yang sangat konservatif menyebutkan, pada periode 1900 – 1914, ada sekitar 18% lulusan STOVIA merupakan orang-orang Minang.

Arsitektur

Arsitektur Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa. Sehingga banyak rumah-rumah tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan kayu dan pasak, serta tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam. Namun ada beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat dijumpai di wilayah lain, seperti atap bergonjong. Model ini digunakan sebagai bentuk atap rumah, balai pertemuan, dan kini juga digunakan sebagai bentuk atap kantor-kantor di seluruh Sumatera Barat. Di luar Sumatera Barat, atap bergonjong juga terdapat pada kantor perwakilan Pemda Sumatera Barat di Jakarta, serta pada salah satu bangunan di halaman Istana Seri Menanti, Negeri Sembilan. Bentuk gonjong diyakini berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus merupakan ciri khas etnik Minangkabau. Dahulunya, rumah adat minang yang biasa disebut rumah gadang ini atapnya terbuat dari ijuk yang dapat bertahan sampai puluhan tahun. Namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian, muka dan belakang. Bagian depan dari Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, namun tidak mudah rebah oleh goncangan.


Pada umumnya Rumah Gadang mempunyai satu tangga yang terletak pada bagian depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang didempet pada dinding. Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena berada di pegunungan Bukit Barisan, maka arsitektur Rumah Gadang juga memperhitungkan desain yang tahan gempa. Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel, sehingga Rumah Gadang yang dibangun secara benar akan tahan terhadap gempa.

Tradisi dan Kebudayaan di Minangkabau

Banyak sekali tradisi dan kebudayaan yang ada di Minangkabau. Tari-tarian merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang sering digunakan dalam pesta adat ataupun perayaan pernikahan. Tari Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh kaum perempuan tapi juga oleh laki-laki. Ciri khas tari Minangkabau adalah cepat, keras, menghentak, dan dinamis. Adapula tarian yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya, yang disebut randai. 
Dalam pesta adat ataupun perkawinan, masyarakat Minangkabau memberikan persembahan dan hormat kepada para tamu dan menyambutnya dengan tarian galombang. Jenis tari Minangkabau antara lain: Tari Piring, Tari Payung, Tari Pasambahan, dan Tari Indang.  




Selain tarian, ada lagi tradisi – tradisi unik yang ada di minangkabau. Ada tradisi yang dinamakan Balimau. Balimau adalah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan ramadhan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau di lubuak atau sungai.



Selain itu Balimau juga memiliki makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan satu sama lain sebelum menyambut bulan suci ramadhan. 
Ada pula tradisi yang dinamakan Makan BajambaMakan Bajamba adalah tradisi makan dengan cara makan bersama di sebuah tempat, biasanya dilakukan pada hari besar islam, upacara adat atau acara-acara penting lainnya. 



Makan bajamba sering juga disebut Makan Barapak, tradisi ini sampai sekarang masih jamak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau.

Kemudian selanjutnya ada “Tabuik”  (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. 



Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi’ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni.

Perkawinan

Dalam tradisi perkawinan di Minangkabau juga memiliki banyak adat atau ketentuan – ketentuannya. Perkawinan Adat Minangkabau adalah sebagai berikut : Kedua calon mempelai harus beragama Islam.

* Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak yang lain.
* Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
* Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya.

Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas dianggap perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari itu masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus dipenuhi seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek gadang, jalang manjalang dan sebagainya. Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun tak mungkin diremehkan karena semua orang Minang menganggap bahwa “Perkawinan itu sesuatu yang agung”, yang kini diyakini hanya “sekali” seumur hidup

Masakan

Memasak makanan yang lezat merupakan salah satu budaya dan kebiasaan masyarakat Minangkabau. Hal ini dikarenakan seringnya penyelenggaraan pesta adat, yang mengharuskan penyajian makanan yang nikmat. Masakan Minangkabau tidak hanya disajikan untuk masyarakat Minangkabau saja, namun juga telah dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh Nusantara. Orang-orang Minang biasa menjual makanan khas mereka seperti rendang, asam pedas, soto padang, sate padang, dan dendeng balado di rumah makan yang biasa dikenal dengan Restoran Padang.



Istilah Masakan Minangkabau yang diperkenalkan oleh para perantau Minangkabau dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Terdapat banyak resep dan variasi masakan Sumatera Barat berdasarkan daerah, kota atau kabupatennya, antara lain Bukittinggi, Padang, Padang Panjang,Payakumbuh, Solok,Batusangkar, Agam, Dharmasraya dan sebagainya.

Catatan Kaki :
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Minangkabau

  
0

Sepucuk Surat untuk Ibunda

By : Adenia Adiresta

Ku buka kelopak mataku dengan perlahan
Sinar mentari masih malu – malu menampakkan sinarnya
Ku lihat dirimu yang berada di depanku
dengan senyummu itu yang tiada pernah berakhir
Ibunda . . . .
Terima kasih . . .
Sudah 17 tahun lamanya kita bersama . . .
Engkau masih sama . . .
Dengan kasih sayangmu yang masih sama . . .
Ibunda . . . .
Kini aku semakin dewasa
Bersamaan dengan dirimu yang makin menua
Maafkan aku ibunda . . . .
Sampai detik ini ku belum juga bisa
Membalas semua kasih sayangmu sejak diriku  hadir di dunia ini
Kau merawatku ketika aku sakit
Memarahiku jika aku berbuat salah
Selalu menjagaku . . .
Tak kenal siang ataupun malam
Tak mengenal lelah dan letih
Engkau melukku dengan pelukan hangatmu
Memberikan semua yang terbaik hanya untukku
Ibunda . . .

Aku menyayangimu